makalah preformulasi sediaan padat teblet


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang

Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting dalam mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang manufcturing obat. Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya aktivitas obat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia melahirkan sebuah tuntutan terhadap industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang berkualitas. Oleh karena itu, semua industri farmasi harus benar-benar berupaya agar dapat menghasilkan produk obat yang memenuhi standard kualitas yang dipersyaratkan.
Dalam era globlalisasi sekarang ini, industri farmasi dituntut untuk dapat bersaing dengan industri farmasi baik dalam maupun luar negeri agar dapat memperebutkan pangsa pasar dan memenuhi kebutuhan obat bagi masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pemenuhan kebutuhan obat yang bermutu bagi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan pedoman bagi industri farmasi untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu yaitu dengan CPOB (cara pembuatan obat yang baik). Pada tahun 2006, pemerintah telah memperbarui cpob ini, yang kemudian lebih dikenal dengan cpob terkini atau cgmp (current gmp).
            Produksi obat di apotik jauh lebih mudah bandingakan dengan produksi industri, tidak perlu mengadakan kajian preformulasi secara khusus tetapi cukup dengan menerapkan dan memahi dasar – dasar preformulasi, sehingga di dapatkan sebuah produk obat yang sesuai. Preduksi obat di apotik dapat meliputi peracikan obat atas permintaan tertulis dokter dalam sebuah resep atau melakukan pengemasan ulang sediaan obat dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan pasar yang tersedia.
            Sedian farmasi yang beraneka ragam jenisnya tentulah harus dipertibangkan dan di perhatikan dalam mendesainnya sehingga di dapat suatu sediaan yang stabil, efektif dan aman. Tahapan yang tidak kalah pentingnya dari proses sediaan farmasi adalah preformulasi sediaan farmasi.
            Pengkajian preformulasi ini berpusat pada sifat – sifat fisika kimia zat aktif serta bahan tambahan obat yang dapat mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk sediaan farmasi.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud preformulasi?
2.      Apa yang dimaksud desain dormulasi?
3.      Apa definisi sediaan tablet?
4.      Apa macam – macam sediaan obat tablet?
5.      Apa komponen sediaan tablet?
6.      Apa keuntungan dan  kerugian sediaan tablet?
7.      Apa contoh data  preformulasi sediaan  tablet?
8.      Apaalat-alat yang digunakan untuk membuat sediaan tablet?

C. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui maksud preformulasi.
2.      Untuk mengetahui maksud desain formulasi.
3.      Untuk mengetahui definisi sediaan tablet.
4.      Untuk mengetahui macam – macam sediaan obat tablet.
5.      Untuk mengetahui komponen sediaan tablet.
6.      Untuk mengetahui  keuntungan dan kerugian sediaan tablet.
7.      Untuk mengetahui contoh data preformulasi sediaan tablet.
8.      Untuk mengetahui beberapa alat yang digunakan dalam membuat sediaan tablet.

D. Manfaat Penulisan
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan berguna, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Studi Preformulasi

      1.      Defenisi preformulasi

Studi preformulasi adalah tahap pertama dalam pembentukan tablet atau aktivitas formulasi dengan pertimbangan yang hati-hati dari data preformulasi. Preformulasi penting bagi formulator untuk mendapatkan profil fisika-kimia yang lengkap dari bahan-bahan aktif yang tersedia sebelum memulai suatu aktifitas perkembangan formulai seluruh informasi ini diketahui sebagai preformulasi (Lieberman, 1990).
Preformulasi dapat dideskripsikan sebagai tahap perkembangan yang mana ahli farmasi mengkatagorikan sifat fisika kimia dari bahan obat dalam pertanyaan yang manadianggap penting dalam formulasi yang stabil, efektif dan bentuk yang aman. Beberapa parameter seperti ukuran kristal dan bentuk, sifat ph, solubility, sifat ph stabilitas, polymorphisin, efek pembagian, permaebilitas obat dan disolusi dievaluasi selamaevaluasi tersebut mungkin saja terjadi. Interaksi dengan berbagai bahan – bahan inert yang dimaksudkan untuk penggunaan dalam bentuk akhir, yang mana diketahui. Data yang didapat dari evaluasi ini berhubungan dengan data yang didapat dari pendahuluan farmakologi dan studi biokimia dan memberikan ahli farmasi informasi yang mengizinkan pemilihan dari dosis yangoptimum mengandung bahan – bahan inert yang paling diminati perkembanganya dalam perkembangan (Gennaro, 1998).

2.         Tujuan Preformulasi

Tujuan dasar dari aktivitas preformulasi adalah untuk menyiapkan dasar rasional untuk metode preformulasi, untukmemaksimalkan kesempatan dalam mengoptimalkan sebuahproduk obat dan penampilannya. Dari sudut pandang seorang formulator tablet, informasi preformulasi yang paling pentingadalah studi kestabilan zat tambahan obat. Pertanyaan berikutnya, untuk obat baru. Sebuah obat dimana formulasinyamemiliki pengalaman yang kurang adalah untuk memilih bahan,zat tambahan yang mana baik secara kimia – fisika cocok denganobatnya (Lieberman, 1990).
Penerangan formula menggunakan pengalaman dan pengetahuan mengetahui bahan tambahan untuk menjaga ukuran tablet ini seminimal mungkin tanpa mengorbankan bagian –bagian yang perlu. Formulasi dari tablet membutuhkan pertimbangan  antara  lain (Lieberman, 1990) :
1. Ukuran dari dosis atau kuantias dari bahan aktif.
2. Stabilitas dari bahan aktif.
3. Kelarutan dari bahan aktif.
4. Kerapatan dari bahan aktif.
5. Kemampuan pengampaan dari bahan aktif.
6. Penyeleksian bahan tambahan.
7. Metode dari granulasi.
8. Karakter dari granulasi.
9. Kempa tablet, tipe, ukuran, dan kapasitas.
10. Kondisi lingkungan (kontaminasi dan kontrol kelembaban).
11. Stabilitas dari produk obat.
12. Ketersediaan.

3. Data yang harus disediakan pada studi preformulasi

Langkah pertama pada pemotongan tablet atau aktifitas perumusan adalah pertimbangan yang teliti sebelum perumusan data ini sangat penting karena mempunyai indentifikasi sifat kimia fisika lengkap dari bahan aktif yang tersedia. Sebelum memulai pengembangan kegiatan perumusan. Biasanya yang bertanggung jawab pada penelitian kimia di daerah itu di tunjukkan untuk menyediakan data-data zat obat adalah seperti dibawah ini (Lieberman, 1990) :
a.Stabilitas (zat padat)                        : cahaya, suhu, kelembaban
b.Stabilitas (zat larutan)          : stabilitas bahan tambahan obat (Deferensial Thermal Analisis atau metode dipercepat lain)
c.Sifat fisika mekanis              : ukuran partikel, curah dan tekanan densitas bentuk kristal fotomikrograf, titik leleh, rasa, warna, bentuk dan bau
d.Sifat fisika mekanis             : kelarutan dan pH larutan/dispersi cair, pelarut lainnya)
e.Disolusi in vitro                    : obat murni, obat pil murni, dialisis obat murni, penyerapan obat, efek dari bahan tambahan dan surfaktan.

4. Studi organoleptik yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet

Program preformulasi yang khas harus dimulai sesuai engan bahan obat. Penggambaran istilah warna, bau, dan rasa pada obat baru harus di cacat. Ini penting guna menetapkan standar istilah penggambaran perintah kelengkapan guna menghindari kebingungan yang berbeda antara ilmu pengetahuan yang digunakan dengan beberapa istilah penggambaran kelengkapan (Lieberman, 1990).

5. Analisis kemurnian yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet

a.       Kemurnian bahan obat adalah ada atau tidaknya bahan pengotor, kebanyakan berupa sintetik, biasanya diuji dengan : Grade HPLC (Tingkat kemurnian tingkat tinggi, Grade analisis atau Pro analisis (PA), Pharmaceutical Grade (PG) sedang, Technical Grade (TG) rendah.
b.      Salah satu tingkat untuk melakukan studi adalah menguji tingkat kemurnian dari bahan baku yang akan dijadikan sebagai zat aktif sediaan tablet.
c.       Pada pabrik-pabrik biasanya diuji terlebih dahulu tingkat kemurnian bahan baku untuk membuat tablet dengan HPLC, kromatografi lapis tipis.
d.      Salah satu parameter yang menunjukkan kemurnian, yaitu titik lebur dari bahan baku tersebut.


6. Ukuran partikel yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet

Ukuran partikel sangat penting dan kecocokan ukuran partikel preformulasi dapat menentukan fungsi preformulasi yang baik (Banker, 1995).

7. Bentuk dan luas permukaan partikel yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet

Pengetahuan  mengenai bentuk dan luas permukaan suatu partikel dikehendaki bentuk partikel mempengaruhi aliran dan sifat-sifat pengemasan dari suatu serbuk, juga mempunyai beberapa pengaruh terhadap luas permukaan. Luas permukaan persatuan berat atau volume merupakan suatu karakteristik serbuk yang penting jika seorang mempelajari absorbsi permukaan dan laju disolusi (Marten, 1993).
Diketahui bahwa makin luas permukaan per gram partikel, makin kecil dam partikel tersebut. Penurunan ukuran partikel meningkatkan luas permukaan efektif dan bahan tersebut dalam kontak dengan lapisan pelarut stasioner dan laju larutan. Makin tinggi kelarutan, makin laju disolusi. Tapi penurunan ukuran atau peningkatan luas permukaan efektif tidak selalu mengakibatkan lebih cepatnya disolusi. Jika diserbukkan lebih dan bila obat bersifat hidrofobik, agregasi mungkin dapat sesudah itu dan ini dapat mengakibatkan kesulitan-kesulitan dari pembasah dan disolusi (Marten, 1993).

8. Sifat aliran serbuk yang dilakukan pada preformulasi unytuk sediaan tablet

Sifat aliran serbuk sangat penting untuk operasi tablet yang efisien. Aliran yang baik dari bubuk atau granulasi yang akan di kompresi diperlukan untuk  menjamin keseragaman bobot pencamporan yang efisien dan dapat diterima untuk tablet kompresi. Jika obat diindentifikasi pada tahap preformulasi “kurang mengalir”, masalah ini dapat dipecahkan dengan memilih bahan pembantu yang sesuai. Dalam beberapa kasus, serbuk obat sebelum pengempaan harus diperbaiki sifat alirannya, selama evaluasi preformulasi bahan obat. Oleh karena itu, segi karakteristiknya harus dipalajari terutama ketika dosis besar obat harus diantisipasi (Lieberman, 1990).

9.Sifat higroskopitas yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet

Zat obat banyak menunjukkan kecenderungan untuk menyerap kelembaban. Jumlah kelembaban tersebut tetap terabsorbsi oleh berat pada sampel anhidrat dalam kesetimbangan dengan kelembaban di udara pada suhu tertentu yang disebut sebagai kadar air. Pentingnya kelembaban terabsorbsi untuk stabilitas padatan telah dibahas. Selain itu, keseimbangan kadar air dapat mempengaruhi liran dan karakteristik bubuk kompresi dan kerasnya tablet akhir dan granulasi.
Secara umum, senyawa higroskopis harus disimpan dalam sebuah tempat tertutup. Sebaiknya dengan pengeringan. Absorbsi isoterm menunjukkan keseimbangan kelembaban dari bahan obat dan bahan tambahan sebagai fungsi dari tekanan uap yang relatif dapat ditentukan dengan menempatkan sampel dalam desikator yang memiliki kondisi kelembaban yang berbeda. Pengolahan yang tepat dan kondisi penyimpanan sampel mungkin dipilih berdasarkan absobsi isoterm. Studi preformulasi harus dilakukan dengan bentuk bahan yang akan digunakan dalam perumusan akhir. Kelembaban dari zat tambahan. Juga dapat mempengaruhi sifat fisikokimia dari bentuk sediaan padat. Analisis absorbsi isoterm terhadap bahan tambahan, seperti turunan selulosa dan pati yang menunjukkan adanya air yang mungkin ada dalam dua bentuk “terikat” (solid like) dan “bebas” (Lieberman, 1990).

10. Sifat kristal yang dilakukan pada preformulasi untuk sediaan tablet
      
Sifat kristal
Banyak bahan obat yang lebih dari satu kristal dengan ruang kiri yang berbeda. Sifat ini dikenal degan polimorfisme. Perbedaan bentuk kristal dapat disebut polimorp. Kadang-kadang, baik suatu kristal padat, mengikat molekul pelarut yang berada dalam sebuah ruang kiri yang berisi dalam sebuah stoikiometri tetap. Menghasilkan solvair atau pseudo plomifulsune mungkin tersedia dalam bentuk polimorf tertentu melalui manipulasi sesuai kondisi kristalisasi. Keadaan ini termasuk sifat alami pelarut, temperatur, dan faktor lainnya. Biasanya, zat terlarut mengendap dalam larutan, maka molekul dari hasil padatan sudah tidak tergolong dalam kesatuan tetap. Tetapi kurang lebih dalam susunan yang acak, keadaan ini dikenal dengan bentuk amorf. Biasanya kristalnya, mendadak akan mengubah komposisi dari pelarut pada proses kristalisasi, atau hasil proses liopilisasi dari sebuah bentuk amorf (Lieberman, 1990).

B. Desain Formulasi
1. Tujuan bentuk sediaan tablet
Tujuan utama dari desain bentuk sediaan adalah untuk mencapai sebuah respon terapi yang diramalkan dari suatu formulasi yang mana bisa dibuat dalam skala besar dengan menghasilkan produk yang berkualitas, untuk memastikan kualitas produk, banyak ciri khas yang diperlukan. Stabilitas kimia dan fisika, dengan pengawetan yang sesuai untuk melawan kontaminasi mikroba jika diperlukan, keseragaman dosis obat, penerimaan termasuk pembuat resep dan pasien, kemasan yang cocok dan pelabelan idealnya, bentuk sediaan harus juga mandiri dari pasien untuk pasien walaupun dalam prakteknya fitur ini sulit untuk dicapai. Perkembangan masa depan dalam desain bentuk sediaan mungkin baik untuk mencoba beberapa tuntutan (Aulton, 1988).
2.      Faktor yang harus dipertimbangkan sebelum zat aktif dapat diformulasi dengan berhasil kedalam bentuk sediaan
a.Pertimbangan biofarmasetikal dalam mendesain bentuk dosis
Ilmu biofarmasetik, hubungannya degan sifat fisika, kimia dan ilmu biologi dapat diaplikasikan pada obat, bentuk dosis dan penggunaan obat. Dengan jelas, pemahaman prinsip ini sangat penting dalam mendesain bentuk dosis utama dengan melihat penyerapan obat, baik distribusi obat, metabolisme dan ekskresi. Umumnya bahan obat harus dalam bentuk laporan sebelum diabsorbsi melalui membran dan kulit, dalam lambung dan paru-paru mengalir ketubuh. Obat menembus selaput ini dengan dua cara yaitu dengan difusi pasif dan mekanisme pengangkutan yang khusus. Dalam difus pasif ; obat harus dikontrol untuk megendalikan penyerapan, proses ditandai dengan konsentrasi selaput dengan molekul obat yang menghantar dari daerah tinggi ke daerah yang rendah. Daya larut lipid dari obat sangat mempengaruhi tingkat difusi. Beberapa mekanisme pengangkutan khusus mencakup aktif dan memudahkan pengangkutn ketika menyerap, obat dapat berefek mengobati, sekalipun begitu, penghubung harus diangkut dalam cairan tubuh (Aulton, 1988).
b. Faktor-faktor obat dalam mendesain bentuk sediaan
Masing-masing tipe dari bentuk sediaan memerlukan pembelajaran yang hati-hati dari sifat fisika dan kimia dari bahan obat untuk mencapai suatu kestabilan, produk yang efisien. Sifat ini seperti disolusi, ukuran partikel/kristal. Bentuk polimorf, stabilitas padatan dan interaksi bahan tambahan obat, dapat memiliki efek yang berbobot dalam ketersediaan fisiologi dan sifat fisika dan kimia dari obat. Dengan mengombinasikan data tersebut dari pembelajaran farmakologi dan biokimia, bentuk sediaan yang paling sesuai dan bahan tambahan dapat diseleksi untuk formulasi dari bentuk sediaan yang dipilih (Aulton, 1988).

Bahan
 Proses penekanan
Prosedurproduksi
Organoleptik
Ukuranpartikel
Area permukaan
Kelarutan
Disolusi
Koefesienpemisah
Konstantaionisasi
Bahankristal
Polimorfisme
Stabilitas
(bahan lain)
Temperatur
Tekanan
Mekanik
Radiasi
Kerapatancairan
Gas
Penguapan
Kristalisasi
Pengendapan
Penyaringan
Emulsifikasi
Penggilingan
Campuran
Mengerikan
Granulasi
Pengempaan
Autodosing
Penyangga
Penyimpanan
Transport



Organoleptik(Aulton, 1988).
Obat modern memerlukan bentuk sediaan farmaseutical yang dapat diterima oleh pasien. Sayang sekali banyak bahan obat yang digunakan hari ini adalah yang tidak berasa dan tidak menarik keadaan alaminya bentuk sediaan , pada umumnya persiapan oral, kandungan obat boleh memerlukan tambahan dari rasa yang disukai, parfum dan warna.
Rasa dan warna yang digunakan berlaku terutama untuk bentuk sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemberian oral. Tersedia sebagai ekstrak kental larutan atau mikro enkopulasi, rasa dan parfum biasanya dibentuk dilidah dengan cepat bereaksi pada saat pahit, manis,asin,dan unsure asamdari rasa. Semua unsure lain diakui berbau, yang mana dapat diubah dengan mudah menggunakan parfum.
Rasa yang tidak menyenangkan dapat diatasi dengan menggunakan derivate tidak larut air dari obat yang memiliki sedikit atau tidak terasa, Contohnya penggunaan kloramfenikol palmitate dan amitriptilin palmitate, meskipun beberapa factor seperti bioavailibilitas harus tersisa tanpa di ganti. Jika sebuah derivate tidak larut tidak dapat digunakan rasa atau  parfum dapat digunakan bagaimanapun obat tidak enak /tidak menyenangkan dalam kapsul atau tablet salut yang disiapkan untuk mungkin lebih mudah ditelan untuk menghindari rasa yang tidak enak.
                   Pemilihan rasa bergantung pada beberapa factor tapi pada umumnya pada rasa dari bahan obat. Rasa yang pasti efektif menyembunyikan beberapa unsur rasa untuk contoh rasa jeruk. Sering digunakan untuk melawan rasa masam atau rasa obat. Kelarutan dan stabilitas pada rasa pada keendaraan juga penting . Dengan bertambahnya usia direncanakan pasien harus juga diperhatikan sejak anak-anak untuk contoh memilih rasa manis, sebaik psikologi antarawarna dan rasa.
                   Bahan-bahan yang manis boleh juga diperlukan untuk menyembunyikan rasa pahit. Secara luas sukrosa digunakan sebagai alternatif, seperti natrium sacharin yang 200 – 700 lebih manis bergantung pada konsentrasi yang tersedia. Sorbitol disarankan untuk diabetes.
                        Dan seharusnya, menggunakan larutan garam yang lebih atau derivat ester. Mikronize kompleks atau teknik dispersi padatan seharusnya tidak bekerja. Kelarutan juga sangat penting dalam absorbsi obat yang sudah dalam bentuk larutan sejak sistem saluran pencernaan bioavababilitasnya dapat dimodifikasi.

Disolusi (Aulton, 1988).
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas untuk absorbsi dari suatu obat haruslah menjadi awal dari dalam cairan dari proses absorbsi. Sebagaimana contoh pengaturan obat, yang dalam bentuk tablet tidak bisa diabsorbsi sampai partikel obat yang telah dilarutkan dan kelarutannya oleh beberapa titik sistem pencernaan tergantung pada pH larutan sifat obat. Disolusi merupakan gambaran dari proses dimana partikel obat yang telah dilarutkan.

3. Dua kegiatan utama dalam mendesain tablet

a.       Produk desain tablet memerlukan 2 aktivitas utama, yaitu (Lieberman, 1990) Pertama, aktivitas formulasi dimulai dengan mengidentifikasi bahan tambahan yang sangat cocok untuk bentuk dasar dari suatu formulasi obat.
b.      Kedua, mutu dari bahan tambahan dalam bahan dasar formula harus lebih optimal dipilih untuk memenuhi kualitas semua proses/produk yang terbatas.

4. Faktor yang mempengaruhi eksipien yang digunakan dalam formula tablet

                 Jenis dari bahan tambahan yang digunakan biasanya sangat bergantung pada nomor preformulasi obat, pemasaran, ekonomi, dan faktor kualitas produk/ proses antara lain (Lieberman, 1990) :
a.    Preformulasi
Secara fisika dan kimia bahan tambahan ini tidak cocok dengan obat yang tidak menyatu dengan bahan formulasi tablet. Ilmu preformulasi juga dapat memberikan informasi tentang aliran dan bahan dari sebagian besar obat. Bahan tambahan cenderung untuk memperbaiki aliran dan bahan pengikat yang dapat digunakan untuk evaluasi untuk aliran yang buruk, bahan campuran yang mengikat yang kurang baik secara berturut-turut.

b.    Medis
Sebuah alasan dibahas profil suatu tablet dapat segera diketahui pada perkembangan tablet dengan cepat, terkontrol dan kombinasi antara kecepatan dan kontrol memerlukan pembahasan secara keseluruhan yang berbeda yang mendekati perkembangan formulasi. Kecepatan tablet biasanya memerlukan tingkata yang tinggi dari disentegrasi. Biasanya pengguanaan kontrol sebuah formulasi dari polimer-polimer atau parafin matriks.
Banyak contoh yang menyatakan bahwa disolusi merupakan faktor The tate-limiting utuk absorbsi suatu obat. Itu mungkin merupakan kebutuhan sebuah formulasi untuk memilih bahan tambahan yang mungin menaikan disolusi obat dan meningkatkan absorbsi. Solvangdan finholt mempelajari bahan pengikat dan ukuran partikel pada obat pada laju disolusi berebagai jenis obat. Permukaan bahan yang aktif seperti sodium loirilsulfat mungkin dibutuhkan untuk menaikan tingkat pembahasan dari obat. Kemungkinan pengguanaan disintegrasi dapat memperbaiki laju disolusi pelicin hidrofobik mungkin hanya digunakan pada tingkat rendah atau tidak sama sekali.
Target dari keberhasilan suatu obat untuk berbagi tempat dalam sistem gastrointestinal terkadang diperlukan utntuk meningkatkan kestabilan obat, keamanan atau khasiat. Obat dengan suasana asam tidak dapat digunakan untuk lambung. Penggunaan dari tablet salut enjterik merupakan metode paling baik pada pelepasan obat di usus. Lapisan tablet yang disalut harus diformulasikan untuk mempertahankan kekerasan dari proses penyalutan dan menjadikan bahan lapisan yang seragam dengan bahan penyalut. Pengguanaan alkali sebagai bahan tambahan dalam tablet yang menurunkan integrasi dari tablet salut enterik.
c.    Pemanasan
Bentuk dosis sebuah tablet biasanya tidak berpengaruh besar terhadap kesuksesan penjualan pada produk asli. Bagaimanapun, semua tablet minimal harus memiliki kriteria yang baiuk. Penampilan dari tablet dapat dievaluasi dari warna, tekstur, bentuk, ukuran, dan lapisan (ketika dipresentasikan), dan berbagai informasi mendesain tablet (obat). Penampilan obat dapat disesuaikan warna, tekstur, tiap bahan tambahan yang terkandung pada formula tablet. Laktosa, kanji dan kristal selulosa kecil terlihat putih atau bening ketika dikempa. Pengencer anorganik seperti kalsium sulfat, kalsium fosfat, dan berbagai produk serbuk pada warna tablet yang alami. Interaksi obat dengan bahan tambahan pada waktu tertentu bisa mengubah penampilan dari tablet. Penggunaan pewarna mungkin dibutuhkan untuk memperbaiki tampilan suatu tablet. Secara relatif, sejumlah besar dari stearat dan berat molekul besar glikolisis polisilen menghasilkan glikosida tablet.
Sifat tablet (aliran dan pengempaan) dari foremulasi tablet mengandung beberapa persen bahan aktif ( < 100 mg) terutama sifat tablet dari formulasi bahan tambahan. Formulator mempunyai frekuensi obat dari pemilihan jumlah bahan tambahan obat yang tidak lebih selama proses formulasi. Bagaimanapun, jika formula tablet aktif mempunyai sedikit pilihan bahan tambahan. Untuk memudahkan menelan dan tetap elegan, ukuran tablet dan berat tablet harus dibatasi dalam membuat formulasi. Formulasi tablet aktif dengan persentase yang besar hanya dapat mengandung kualitas minimal dari bahan tambahan. Bahan tambahan harus dilakukan menurut funsinya pada lever rendah secara relatif.
Pengguanaan bahan pengikat lebih efektif seperti mikrokristalin selulosa mungkin dapat dibutuhkan untuk pembuatan tablet. Tablet dengan persentase tinggi dari frekuensi aktif membutuhkan metode granulasi yang simple penggunaannya karena bahan tambahan tidak akan dilakukan sesuai fungsinya pada level rendah pada metode kompresi.
Bagian pemasaran mungkin meminta sebuah produk lapisan tablet. Kualitas dari lapisan tablet sangat disesuaikan oleh formulasi tablet yang digunakan. Tablet dengan resistensi yang rendah atau abrasi (kerapuhan yang tinggi) akan menghasilkan lapisan yang kasar dan tidak beraturan. Bahan tambahan yang hidrofilik dapat mempertebal lapisan dan meningkatkan adhesi.
d.   Ekonomi
Salah satu faktor yang sering kali dilupakan dalam perkembangan formula tablet adalah harga dari bahan dasar dan proses pembuatannya. Pengempaan secara langsung biasanya merupakan metode yang lebih ekonomis dari produksi tablet yang sebelumnya dibahas. Bahan tambahan yang berlebih yang digunakan pada pengempaan langsung, harga dari proses granulasi biasanya lebih besar.
e.    Kualitas proses / produk
Bahan tambahan dapat diseleksi dengan memproduksi tablet yang sesuai atau standar tinggi kualitas in-house tablet yang terspesifikasi. Seorang formulator harus terlibat dalam pembuatan tablet spesifik dan mampu menyediakan gagasan dalam spesifikasi yang kritis.
Tipe pengujian penampilan pada tablet meliputi :
1.    Variasi berat
2.    Kekerasan
3.    Variasi
4.    Waktu disintegrasi
5.      Disolusi
6.      Kadar air
7.      Potensi
8.      Keseragaman kadar
Untuk memberikan suatu efek obat sistemik setelah peleburannya dalam penyerapan usus dan sebagainya. Setiap kelas obat diperhatikan dengan sangat hati-hati harus diberikan untuk formulasi produk dan desain sebagai metode produksi untuk menghasilkan produk yang manjur dan dapat diandalkan
9.    Bahan pengisi
a.       Definisi
Bahan pengisi adalah jumlah dosis tunggal dari komposisi aktif sangat kecil dan bahan inert ditambahkan untuk meningkatkan massa tablet agar menghasilkan ukuran tablet yang praktis untuk pengempaan (Gennaro, 1998).
Bahan pengisi adalah bahan pengencer biasanya dianggap sebagai bahan inert, mereka bisa secara signifikan mempengaruhi sifat kimia, biofarmasetik dan sifat fisik dari tablet akhir (Lieberman, 1990).
b       Zat pengisi tablet yang sering digunakan (Lieberman, 1990) :
Tidak larut
Larut
Kalsium sulfat, dihidrat
Kalsium fosfat dibasic
Kalsium fosfat, tribasic
Kalsium karbonat
Pati
Modifikasi pati (pati karboksimetil)
Mikrokristalin selulosa
Laktosa
Sukrosa
Dekstrosa
Manitol
sarbitol

c.       Sifat tablet komparatif terhadap beberapa bahan pengisi (Banker, 1995)
Bahan
Penguji
kecocokan
aliran
kelarutan
kehancuran
Higroskopi
Kemampuan melunasi
kesatabilan
   Dextrosa
   Spray-dried Laktosa
   Fast-flo laktosa
   Anhydrous laktosa
   Emdekx (dextrates)
   Sukrose
   Struch
   Struch 1500
   Dicalcium phosphate
   Aviaed
3
3

4

2

5

4
2
3
3

5
2
5

4

3

4

3
1
2
4

1
4
4

4

4

5

5
0
2
1

0
2
3

4

4

3

4
4
4
2

2
1
1

1

5

1

4
4
3
3

1
2
2

2

2

1

1
3
2
2

4
3
4

4

4

3

4
3
4
5

5
keterangan : Nilai pada skala 5 (baik/ tinggi) diatas 1 (buruk / rendah) 0 (tidak ada).


10.    Definisi Bahan pengikat
Bahan pengikat merupakan bahan yang memberikan kualitas kohesi untuk serbuk dalam menjamin keutuhan tablet setelah kompresi (Gennaro, 1998).
Bahan pengikat merupakan bahan yang ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi basah untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet yang dicetak langsung (Lachman, 1994).
11.    Bahan Penghancur
a.       Definisi
Bahan penghancur adalah untuk memfasilitasi pecahnya tablet setelah digunakan atau sesuai yang diinginkan (Lieberman, 1990).
b.      Metode memasukkan bahan
Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum digranulasi atau mengumpulkan langkah pelumas sebelum kompresi kompresi atau pengolahan adalah langkah yang baik (Lieberman, 1990).
12.  Bahan anti lekat, pelincir, dan pelicin
a.       Bahan pelincir
Secara umum bahan pelincir yang baik dalah pelumas yang sedikit yang dapat meningkatkan aliran granulasi dai nopper ke dalam mekanisme umpan dan akhirnya kedalam rongga mata. Pelincir dapat meminimalkan tingkat gelombang dan kelaparan sering ditunjukkan oleh formula pemadatan langsung kecepatan tinggi menekan tablet memerlukan, halus bahkan aliran bahan kerongga hati. Ketika aliran sangat miskin, glidants tidak efektif (Lieberman, 1990).
b.      Bahan pelicin
Fungsi utama dari pelicin adalah untuk mengurangi gesekan antara dinding mati dan tepi tablet sebagai tablet yang dikeluarkan. Kurang cukupnya pelicin menghasilkan oleh mesin tablet sering dan dapat menyebabkan kerusakan pori yang lebih rendah, jalur cepat dan lebih rendah (Lieberman, 1990).
13.    Bahan pewarna
Warna yang dimasukkan kedalam tablet umumnya untuk satu atau lebih dari tiga tujuan. Pertama, warna dapat digunakan untuk mengidentifikasi serupa yang tampak dalam lini produk, atau dalam kasus dimana produk dari penampilan yang sama ada di baris produsen yang berbeda. Ini mungkin penting ketika produk identifikasi adalah masalah. Kedua, warna bisa membantu meminimalkan possibility dari mixups selama pembuatan ketiga, dan mungkin paling tidak penting adalah penambahan pewarna untuk tablet untuk estetika atau nilai pemasarannya (Lieberman, 1990).
14.    Bahan pengaroma dan pemanis
Rasa dan pemanis biasanya digunakan untuk meningkatkan rasa mengunyah tablet. Cook ditinjau dari pemanis alami dan sintesis (Lieberman, 1990)
BAB III
PEMBAHASAN
A.      Definisi sediaan tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat yang dibuat dengan pemadatan, kedua permukaannya rata atau cembung.
Menurut FI Edisi IV, tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
B.     Macam – macam sediaan obat tablet
Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas:
1.      Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau  granul menggunakan pons atau cetakan baja.
2.      Tablet Cetat
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan krista yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan.Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :
        1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a.       Tablet Konvensional Biasa
 Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien seperti :
·                  pengisi (memberi bentuk) : laktosa
·                  pengikat (memberi adhesivitas atau kelekatan saat bertemu saluran cerna): amylum       gelatin, tragakan.
·                  desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)
b.      Tablet Kempa Multi atau Kempa Ganda
Tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus
 kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas dua atau lebih lapisan. Disebut  juga sebagai tablet berlapis. Keuntungannya dapat  memisahkan zat aktif yang  inkompatibel (tidak tersatukan).
c.       Tablet Lepas Lambat
                          Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut
          
melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian
       
  disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau
          
konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu
        
 (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam,  dsb).
d.      Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
                        Tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan
         
terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus yang
        
 pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
e.       Tablet Salut Gula
                        Tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik
          
berwarna maupun tidak. Tujuannya untuk melindungi zat aktif terhadap
         
 lingkungan  udara (O2, kelembaban), menutup rasa dan bau tidak enak,
         
menaikkan penampilan tablet.
f.       Tablet Salut Film
                         Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari
          
bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran                                        
         
cerna. Penyalutan tidak perlu  berkali-kali.
g.      Tablet Effervesen
                        Tablet kempa jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena
          
mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum..
h.      Tabel Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum ditelan. 
2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut
a)      Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuk oval yang ditempatkan diantara gusi dan pipi. Biasanya keras dan berisis hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).
b)      Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.
c)      Tablet Hisap atau Lozenges
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut.
d)     Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi dengan menggunakan suatu senyawa anti bakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan, atau untuk mengurangi pendarahan dengan melepaskan suatu astringen atau koagulan.
3.      Tablet Kempa Digunakan melalui Liang Tubuh
a.    Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
b.       Tablet Vaginal
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.
4.      Tablet Kempa untuk Implantasi
Tablet implantasi atau pelet dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (untuk KB, mencegah kehamilan).
5.      Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain
a.  Tablet Triturat untuk Dispensing
          Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan tertentu. Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris digunakan untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan obat (FI IV). Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan ditelan dengan air minum.
b.       Tablet Hipodermik
            Tablet cetak atau kempa yang dibuat dari bahan mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril (FI IV)
c.        Tablet Dispending
            Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat atau cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi tertentu.
6.      Berdasarkan Distribusi Obat Dalam Tubuh
a.       Bekerja lokal
Misal : tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut; ovula untuk pengobatan  pada infekldi di vagina.
b.       Bekerja sistemik : per oral.
-        Yang bekerja short-acting (jangka pendek) : dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan obat.
-       Yang bekerja long-acting (jangka panjang) : dalam satu hari cukup menelan satu tablet.
 Tablet jangka panjang dapat dibedakan menjadi :
-        Delayed Action Tablet (DAT)
Dalam tablet ini terjadi penundaan pelepasan zat aktif karena pembuatannya adalah sebagai berikut : sebelum dicetak, granul dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak diapa-apakan, kelompok kedua disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari kelompok kedua, dst. Granul-granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru dicetak.
-          Repeat Action Tablet (RAT)
Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu menjadi tablet inti (core tablet). Kemudian granul-granul yang kurang lama pecahnya dimampatkan di sekeliling kelompok pertama sehingga terbentuk tablet baru.
7.       Berdasarkan Jenis Bahan Penyalut
Tujuan penyalutan tablet :
a.       Melindungi zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh udara, kelembaban, atau cahaya.
  1. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
  2. Membuat penampilan lebih baik dan menarik.
  3. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.
Misal : tablet enterik yang pecah di usus
Macam-macam tablet salut :
  1. Tablet salut biasa/salut gula (dragee)
disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.
Tahapan pembuatan salut gula :
1.      Penyalutan dasar (subcoating)
Jika tablet mengandung zat yang higroskopis, tablet dilapisis dulu dengan salut
 penutup (sealing coat) agar air dari sirop salut-dasar tidak masuk ke dalam tablet.
2.    Melicinkan (smooting)
Proses pembasahan berganti-ganti dengan sirop pelicin dan pengeringan dari salut dasar tablet menjadi bulat dan licin.
3.    Pewarnaan (coloring)
Memberi zat warna yang dicampurkan pada sirop pelicin.
4.     Penyelesaian (finishing)
Proses pengeringan salut sirop
5.    Pengilapan (polishing)
Merupakan tahap akhir, digunakan lapisan tipis lilin yang licin.
b.   Tablet salut selaput (film-coated tablet)
                 Disalut dengan hidroksipropilmetilslulosa, metilselulosa, hidroksipropilselulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG.
c.     Tablet salut kempa
Tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak kembali bersama granulat kelompok lain sehingga terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet).
d.      Tablet salut enterik (enteric-coated tablet)/tablet lepas tunda
Jika obat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
e.       Tablet lepas lambat (sustained-release tablet)/tablet dengan efek diperanjang
Tablet yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. 
C.              komponen sediaan tablet
  1. Zat aktif
  2. Eksipien/bahan tambahan
a.       Bahan pengisi (diluent)
Berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau dibuat.Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit 
atau sulit dikempa. Contoh :laktosa, pati, kalsium fosfat, dibase, selulosa mikrokristal.
b.      Bahan pengikat (binder)
Berfungsi memberikan gaya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan menambah daya kohesi pada bahan pengisi. Contoh : gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon,metilselulosa,CMC,selulosa mikrokristal, pasta pati terhidrolisis.
c.       Bahan penghancur/pengembang (disintegrant)
Berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan.
Contoh : pati, asam alginat, selulosa mikrokristal.
d.      Glidan Yaitu bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk. Umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi.Contoh : silika pirogenik koloidal.
e.       Bahan pelicin (lubrikan)
Berfungsi mengurangi gesekan selama pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan Contoh : senyawa asam stearat dengan logam
(contoh:Mstearat),asam stearat, talk, minyak nabati terhidrogenasi.
f.       Bahan penyalut (coating agent)
4.      Ajuvan
a.        Bahan pewarna (coloring agent)
                          Berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk.
b.      Bahan pengaroma (flavour)
c.        Berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak.

D.  Keuntungan dan kerugian sediaan tablet
Keuntungan Sediaan Tablet
1.      Tablet dipasaran mudah diberikan dalam dosis yang tepat jika
diinginkan dosis dapat dibagi rata dan akan memberikan efek yang
akurat.
2.      Tablet tidak mengandung alcohol
3.      Tablet dapat dibuat dalam berbagai dosis. 
4.      Sifat alamiah dari tablet yaitu tidak dapat dipisahkan, kualitas bagus dan
dapat dibawa kemana-mana, bentuknya kompak, fleksibel dan mudah
pemberiannya.
5.      Secara umum, bentuk pengobatan dangan menggunakan tablet lebih
disukai karena bersih, praktis dan efisien. 
6.      Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan
kemampuan yang terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk
ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling lemah. 
7.      Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah. 
8.      Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
ditenggorokan, terutama bila tersalut yang memungkinkan
 
pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.
9.      Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti
pelepasan diusus atau produk lepas lambat. 
10.  Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara besar-besaran.
11.  Tablet oral mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan bantuan segelas air.
12.  Untuk anak-anak dan orang-orang secara kejiwaan, tidak mungkin menelan tablet, maka tablet tersebut dapat ditambahkan penghancur, dan pembasah dengan air lebih dahulu untuk pengolahannya.
13.   Dapat dibuat tablet kunyah dengan bahan mentol dan gliserin yang dapat larut dan rasa yang enak, dimana dapat diminum, atau memisah dimulut.
14.  Konsentrasi yang bervariasi.

Kerugian Sediaan Tablet
1.      Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak sadar/pingsan);
2.      Formulasi tablet cukup rumit, antara lain
• Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
• Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi  sedemikian rupa)
Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan menkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik dari pada tablet.
E.  Contoh data preformulasi tablet
1.      ZAT AKTIF
Antalgin (FI IV hal,538)
Pemerian                     : Serbuk Hablur, putih/ putih kekuningan.
Kelarutan                    : Larut dalam air, mudah larut dalam etanol.
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup rapat.
2.      ZAT PENGIKAT
a.       amilum
Pemerian                     : Serbuk sangat halus, putih tidak berbau tidak berasa.
Kelarutan                    : Praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik dan kering.
b.      Aqua
Pemerian                    : cairan jernih tidak berbau
Kelarutan                    : keasaman-basaan pada 10 ml tambahkan 2 tetes metal P:
Penyimpanan             : Dalam wadah tertutup baik
3.      ZAT PENGHANCUR DALAM
a.       Corn Starch
pemerian                      : Serbuk sangat halus dan putih
kelarutan                     : Praktis tidak larut dalam air dengan dan dalam etanol.
penyimpanan               :Dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya.
4.      ZAT PENGISI
a.       laktosa                 (F 1V Hal 489)
pemerian                   : Serbuk atau masa hablur ,keras , putih atau putih krem tidak
berbau dan rasa sedikit manis satbil ,tetapi mudah menyerapbau.
kelarutan                     :Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudahlarut dalam air mendidih sangat sukar larut dalam etanol: tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Penyimpanan               :Dalam wadah tertutup baik.
5.      PENGHANCUR LUAR
a.       Avicel PH 102
Pemerian                     : Bagian selulosa yang terdepolimerasi berbentuk putih, bersih, serbuk kristal, tidak berwarna tidak berasa.
Kelarutan                    : Sukar larut di 5% w/v larutan sodium hidroksida, praktis tidak larut dalam air, larutan asam dan banyak pelarut organik.
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
6.      GLIDAN/ANTIADHERENT
a.       Talk     (F1 1V Hal 771)
Pemerian               : Serbuk hablur sangat halus putih/ putih kelabu berkilatmudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
Kelarutan              : Tidak larut dalam air dalam etanol dan dalam eter.
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik.
b.      Mg. Stearat   (F1 1V Hal 515)
Pemerian               : Serbuk hablur putih dan voluminis  ,bau lemah khasmudah melekat di kulit bebas dari butiran.
Kelarutan              : Tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter.
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik.
7.      PEMANIS
a.       Sodium saccharin
Pemerian   `           : serbuk hablur putih tidak berbau atau berbau aromatic lemah.
Larutan encer sangat manis. Larutan bereaksi asam terhadap lakmus.
Kelarutan              : Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter;
larut dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol mudah larut dalam ammonia encer.
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik.








IV.    FORMULA SEDIAAN

JENIS ZAT
NAMA ZAT
FORMULA
Jumlah per tablet
Penimbangan
(Jumlah / batch)
ZatAktif
Antalgin
80 mg
84 mg
84
Pengikat
Amilum
10 %
30 mg
30 g
Aqua
95
95
95g
Penghancur dalam
Corn Starch
6 %
18 mg
18 g
Pengisi
Laktosa
*
31,15 mg
31,15 g
Penghancur luar
Avicel PH 102
10%
30mg
30g
Glidan / anti adheren
Talk
1%
3 mg
3 g
Mg. Stearate
0.80 %
2,4 mg
2,4 g
Pemanis
Sodium sacchrin
0,80 %
2,4 mg
2,4g
Sodium cyclamat
1%
3mg
3g
Pewarna
Orange
0,35%
1,05 mg
1,05g
Jumlah
300 mg
300 g
                                                                                               



V.      PROSEDUR PEMBUATAN

1.      Pembuatan larutan pengikat          : Tuangkan air kedalam wadah gelas sambil
diaduk suspensikan kedalamnya bahan pengikat. Tambahkan air mendidih (95oC) teruskan pengadukan hingga diperoleh ciran yang jernih.
2.      Granulasi : Ayak zat aktif, bahan penghancur dan pengisi sebelum dicampur
mengunakan ayakan mesh 30. Tuangkan zat aktif bahan pengisi dang penghancur dalam kedalam wadah baskom. Aduk homogeny selama 5 menit. Tambahkan larutan pengikat (suhu 60 oC). aduk hingga menjadi masa yang kompak. Bila perlu dapat ditambahkan air hangat. Masukan pemanis (gula) 0,5 gram kedalam beker glas dan tambahkan air 5 ml aduk hingga larut. Dan campurkan hingga homogeny. Setelah homogeny masukan pewarna dan essence orange tiga tetes saja. Lalu aduk hingga merata dan berubah warna.
3.      Granulasi massa basah ini dengan ayakan mesh 8 atau mesh 12 hingga terbentuk granul yang baik. Keringkan granulat didalam oven yang telah dilatasi kain betis selama 10 menit.
4.      Pen campuran akhir : Ayak granulat yang telah kering dan ayakan mesh 12/
mesh16. Masukan granul ke dalam kantong plastic. Tambahkan kedalamnya bahan penghancur, glidan dan anti adheren yang telah diayak dengan mesh 30. Kocok kantung plastic selam 5 menit.

           
F.      Beberapa alat yang digunakan untuk membuat sediaan tablet
Alat pembuatan tablet
4918857_alatkapsul50kapsul.jpg
Alat penguji waktu hancur tablet
BJ-1a.jpg






BAB IV
PENUTUP
A.       Kesimpulan

1.      Studi Preformulasi
Studi preformulasi adalah tahap pertama dalam pembentukan tablet atau aktivitas formulasi dengan pertimbangan yang hati-hati dari data preformulasi. Preformulasi penting bagi formulator untuk mendapatkan profil fisika-kimia yang lengkap dari bahan-bahan aktif yang tersedia sebelum memulai suatu aktifitas perkembangan formulai seluruh informasi ini diketahui sebagai preformulasi
2.       Desain Formulasi
Tujuan utama dari desain bentuk sediaan adalah untuk mencapai sebuah respon terapi yang diramalkan dari suatu formulasi yang mana bisa dibuat dalam skala besar dengan menghasilkan produk yang berkualitas, untuk memastikan kualitas produk, banyak ciri khas yang diperlukan. Stabilitas kimia dan fisika, dengan pengawetan yang sesuai untuk melawan kontaminasi mikroba jika diperlukan, keseragaman dosis obat, penerimaan termasuk pembuat resep dan pasien, kemasan yang cocok dan pelabelan idealnya, bentuk sediaan harus juga mandiri dari pasien untuk pasien.


B.       Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan  pembaca dapat memahami tentang preformulasi  obat sediaan padat (Tablet) tersebut sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai materi tersebut. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Aulton, Michael, E. 1988. ”Pharmaceutics;The Science of Dosage FormDesign”.

Curchill Living Stone. Edinburg London Melbourn : NewYork.

Banker, Gilbert, S. 1995. ”Modern Pharmaceutics”. Marckel Dekker. NewYork Bassel : Hongkong.

Gennaro, A.R. 1998. ”Remington’s Pharmaceutical Science 18thEdition”. Mack Publishing Company : Easton.

Gennaro, A.R. 2000. ”Remington’s Pharmaceutical Science 20thEdition”. Mack Publishing Company : Philadelphia.

Lachmann, Leon, dkk. 1994. ”Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid II”. Universitas Indonesia Press, : Jakarta.

Lieberman, Herbert, a., et, al.1990. ”Pharmaceutical Dosage Form:Tablets Volume 1”.
Marcell Dekker : New York.
           
Herbert, a., et, al. 1990. ”Pharmaceutical Dosage Form:Tablets Volume 2”. Marcell Dekker : New York.

Martin, W. Eric. 1971. ”Dispending of Medication”. Mack PublishingCompany : USA.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

laporan praktikum analgetik

kunci determinasi kunyit

MAKALAH TEKNIK SAMPLING